Kamis, 17 Oktober 2024

Koneksi Antarmateri Modul 3.1

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebaikan sebagai Pemimpin

CGP Angkatan 11 Kabupaten Bantul

 

Nama              : Diah Mulyaningsih, S.Pd.

Instansi           : SMP Negeri 1 Banguntapan

 

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best)" -Bob Talbert-

 

Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?

Pendidikan itu bukan sekadar mengajar, tetapi menuntun anak untuk memperoleh keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Dalam proses pendidikan, mengajar dengan penyampaian materi tentu penting, tetapi lebih penting untuk mendidik anak berkaitan dengan karakter sehingga mereka dapat hidup di msayarakat dengan damai, bermanfaat bagi sekitar, dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh. Jika sekadar mengajar materi, saat ini sudah banyak sumber-sumber belajar seperti buku, ebook, internet dan lain sebagainya untuk bisa belajar secara mandiri, tetapi tentang penguatan karakter untuk menyiapkan anak-anak siap menghadapi kehidupan dengan baik, perlu bimbingan dan teladan dari guru yang tentu tidak bisa digantikan oleh buku atau mesin. Oleh karena itu, guru harus selalu berperan sesuai dengan patrap triloka KHD yaitu ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tutwuri handayani.

 

Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?

Dalam pengambilan keputusan kita harus menerapkan dasarnya yaitu berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dapat dipertanggungjawabkan, dan berpihak pada murid. Jadi, seorang guru hendaknya berupaya menanamkan karakter dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kebajikan universal dan memperhatikan kebutuhan setiap peserta didik.

Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

Dalam pengambilan keputusan, saya akan memperhatikan 3 dasar, 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Saya juga akan melakukan coaching sehingga coachee dapat menemukan solusi atas masalahnya sendiri dan mengembangkan potensinya.

 

Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

 

Dari kutipan diatas, menurut saya pendidikan itu bukan sekadar mengarkan materi tetapi lebih pada penguatan karakter anak untuk mempersiapkan kehidupannya kelak yang selamat dan Sejahtera, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Jika sekadar menyampaikan materi belajar, saat ini sudah banyak sumber-sumber belajar seperti buku, ebook, internet dan lain sebagainya. Namun, untuk penguatan karakter perlu bimbingan dan teladan dari guru maupun orang tua. Maka pendidikan penting untuk menuntun anak mengembangkan potensi dirinya agar menjadi manusia yang beradab sehingga kehidupannya akan damai dan sejahtera.

 

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Seorang pemimpin pembelajaran perlu memperhatikan filosofi Ki Hajar Dewantara yakni ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tutwuri handayani. Seorang pemimpin harus bisa menempatkan diri sebaik dan sebijak mungkin. Pemimpin harus bisa menjadi teladan atau contoh bagi siapa saja, khususnya murid dan lingkungan. Selanjutnya, pemimpin sebagai bagian dari organisasi atau komunitas perlu turut menggerakkan untuk melaksanakan keputusan yang telah dibuat. Pada kesempatan lain, pemimpin juga perlu menjadi motivator dan pendorong bagi murid maupun rekan-rekan dan lingkungan untuk melaksanakan berbagai keputusan yang telah dibuat. Dengan patrap triloka, diharapkan pengambilan keputusan selalu berpihak pada murid.

 

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita akan menentukan cara pandang terhadap situasi yang dihadapi hingga keputusan yang diambil. Dalam pengambilan keputusan, kita harus berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal, dan tentu berpengaruh pada 3 prinsip yang dapat diambil yakni Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Misalnya, guru yang memiliki empati yang tinggi, rasa kasih sayang dan kepedulian cenderung akan memilih prinsip Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Sedangkan guru yang memiliki sikap jujur dan komitmen yang kuat untuk tunduk pada peraturan cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking). Guru yang reflektif dan memiliki jiwa sosial yang tinggi cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking).

 

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

 Dalam materi pengambilan keputusan yang dipelajari ada kaitan dengan kegiatan coaching yang pernah dilakukan pada modul sebelumnya. Jika pada proses coaching kita membantu agar coachee dapat membuat keputusannya secara mandiri, maka dalam modul 3.1 ini kita merefleksi apakah keputusan yang dibuat sudah berdasarkan nilai-nilai kebjikan universal, dapat dipertanggungjawabkan, dan berpihak pada murid. Dalam pembelajaran pengambilan keputusan ini, kita perlu memperhatikan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan yang tentu akan menghasilkan keputusan terbaik.

 

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Dalam pengambilan keputusan, seorang guru harus memiliki kestabilan sosial dan emosional karena tentu akan berpengaruh saat mengambil keputusan, khususnya masalah dilema etika. Guru perlu mindfullness sebelum mengambil keputusan agar tidak gegabah. Guru juga perlu berempati terhadap orang lain dan berkolaborasi agar dapat memeroleh data dan fakta yang diperlukan relevan dengan kasus yang bergubungan dengan dilema etika. Pada akhirnya, guru yang memiliki kompetensi sosial emosional akan mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab bagi dirinya maupun lingkungannya.

 

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Nilai-nilai yang dianut seorang guru akan menuntunnya dalam membuat keputusan yang baik. Jika seorang guru meyakini berbagai nilai-nilai kebajikan merupakan bagian dalam dirinya maka dipastikan itu akan menjadikan dirinya sebagai sosok yang memiliki integritas dan bertanggung jawab. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar, dan dapat dipertanggung jawabkan. Begitupun sebaliknya, jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama, dan norma, maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung bermuara pada kebenaran menurut versi pribadi. Selain itu pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika juga dapat melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan sehingga dapat dengan jelas membedakan antara dilemma etika ataukah bujukan moral. Keputusan yang diambil akan semakin akurat dan menjadi keputusan yang dapat mengakomodasi kebutuhan murid dan menciptakan keselamatan dan kebahagian semua pihak berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan.

 

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat akan berdampak terhadap sekolah ke arah yang lebih baik. Keputusan harus memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif, jika mungkin tidak ada dampak negatif. Suatu keputusan harus berlandaskan nilai-nilai kebajikan, dapat dipertanggungjawabkan, dan berpihak pada murid. Dengan landasan tersebut, kita akan menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman bagi seluruh warga sekolah.

 

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan di lingkungan saya untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika antara lain menyamakan frekuensi berbagai pandangan bahwa kasus dilema etika perlu disikapi dengan bijak dan cepat agar tidak merembet ke mana-mana. Selain itu, perasaan tidak enak yang timbuk karena tidak dapat memuaskan semua pihak. Dengan mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan dapat meminimalisasi rasa tidak nyaman sehingga keputusan yang diambil dapat diterima oleh semua pihak.

 

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan yang kita ambil berpengaruh terhadap pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita. Kita memetakan kebutuhan murid lalu memenuhi kebutuhan tersebut dengan pembelajaran berdiferensiasi untuk mengoptimalkan potensi. Pengambilan keputusan yang tersebut mendukung Merdeka Belajar pada murid agar dapat belajar tanpa paksaan, sesuai minat atau tanpa paksaan manapun. Ini tentu menjadi harapan kita bahwa murid-murid akan sukses dengan bidangnya masing-masing. Semua pengambilan keputusan harus berpihak pada murid. Guru memfasilitasi serta membantu mengembangkan bakat dan minat yang sudah ada.

 

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Keputusan yang diambil seorang pemimpin pembelajaran akan berdampak, baik jangka pendek maupun jangka panjang bagi murid. Maka keputusan yang diambil harus benar, bijak, dan tepat melalui analisis dan pengujian. Misalnya, dalam pembelajaran yang kita laksanakan, jika berhasil tentu murid akan aman nyaman dan bahagia. Dengan begitu, ilmu yang didapatkan akan bermanfaat hingga di kemudian hari. Begitu juga dengan penguatan karakter yang kita laksanakan, itu adalah suatu keputusan dari guru sebagai pemimpin pembelajaran tentu akan berdampak baik bagi murid.

 

Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dari pembelajaran modul materi ini adalah pentingnya pemimpin mempertimbangkan berbagai hal, khususnya 4 paradigma, 3 prinsip, dan melaksanakan 9 pengambilan dan pengujian keputusan sehingga keputusan yang diambil adalah keputusan yang terbaik. Tentu dalam pengambilan keputusan berlandaskan 3 hal yakni berdasarkan nilai-nilai kebajikan, dapat dipertanggungjawabkan, dan berpihak pada murid.

Adapun keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya antara lain bahwa sebagai pemimpin pembelajaran kita harus menjadi pamong yang menuntun murid untuk mengembangkan potensinya untuk mencapai kebahagiaan (modul 1.1). Sebagai pamong, guru penggerak harus memiliki peran berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan invatif (modul 1.2). Dalam pengambilam keputusan, guru akan berpihak pada murid dan harus mandiri serta reflektif. Setiap keputusan yang diambil direfleksikan secara mandiri untuk memastikan dampak positif dari keputusan yang telah diambil. Dalam perannya sebagai pemrakarsa perubahan, guru perlu menyusun visi yang berorientasi ke depan dengan langkah BAGJA (modul 1.3). Visi tersebut akan terwujud tentu dengan budaya positif di sekolah. Adanya keyakinan kelas, penerapan segitiga restitusi akan mewujudkan budaya positif (modul 1.4). Selanjutnya, dalam pengambilan keputusan untuk melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada murid di antaranya memenuhi kebutuhan murid dengan pembelajaran berdiferensiasi (modul 2.1). Perlu dilaksanakan tes awal untuk memetakan dan menyiapkan rencana pembelajaran yang sesuai kebutuhan belajar murid. Sebagai pemimpin pembelajaran juga perlu kompetensi sosial emosional (modul 2.2). KSE ini meliputi Kesadaran diri, Manajemen diri, Kesadaran Sosial, Keterampilan Berelasi, dan Pengambilan Keputusan yang Bertanggungjawab. Dalam penyelesaian masalah seseorang harus hadir sepenuhnya (mindfullness) sehingga fokus menjadi baik dan keputusan yang diambil berdampak positif.

Dampak positif dapat diperoleh dari proses coaching yang baik, di mana coach sebagai mitra yang membantu coachee untuk meningkatkan performa kerja, menemukan solusi atas permasalahannya, dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dalam pembelajaran utamanya, peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan melalui supervisi akademik (modul 2.3).

 

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Dalam membuat keputusan sebagai pemimpin pembelajaran harus berlandaskan 3 hal yaitu nilai-nilai kebajikan, bisa dipertanggungjawabkan, dan berpihak pada murid. Nilai-nilai kebajikan ini digunakan untuk mengenali dua kasus yang bernilai benar lawan benar. Prinsip yang digunakan diantaranya ends-based thinking, rule-based thinking, dan care-based thinking. Dengan berbagai macam pertimbangan dan langkah-langkah diharapkan hasil yang diperoleh merupakan keputusan terbaik dengan memaksimalkan dampak positif. Hal yang tidak terduga diluar dugaan adalah melalui komunikasi dan kolaborasii maka pengambilan keputusan dapat lebih maksimal sehingga komunikasi dan kolaborasi sangatlah penting.

 

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Saya pernah mengambil keputusan sebagai pemimpin dalam situasi dilema. Sebelumnya, saya mengambil keputusan tanpa melakukan langkah-langkah pengujian. Sekarang, saya lebih mantap dalam pengambilan keputusan karena sudah melalui langkah-langkah pengujian hingga mempertimbangkan dampaknya.

 

Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Setelah mempelajari kosep ini, perubahan cara pandang saya adalah bahwa sebelum mengambil keputusan perlu adanya pengujian agar keputusan yang dihasilkan adalah yang terbaik. Perubahan yang terjadi yaitu dengan mengikuti 9 langkah, 4 paradigma, dan 3 prinsip sehingga keputusan menjadi lebih dapat dipertanggungjawabkan.

 

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Menurut saya penting dalam mempelajari topik modul ini karena memberikan pemahaman yang komprehensif untuk dapat mengambil keputusan baik secara individu maupun sebagai pemimpin pembelajaran. Melalui modul ini saya memahami cara membuat keputusan yang baik dengan menerapkan 9 langkah dalam menguji dan mengambil sebuah keputusan. Dengan menggunakan langkah-langkah ini maka keputusan yang saya ambil akan jauh lebih baik daripada sebelum mempelajari modul ini.

  

Senin, 19 Agustus 2024

Aksi Nyata Modul 1.4 - Forum Berbagi Aksi Nyata

 

AKSI NYATA MODUL 1.4

PENERAPAN BUDAYA POSITIF DI SMP NEGERI 1 BANGUNTAPAN

KABUPATEN BANTUL, YOGYAKARTA

 

Oleh: Diah Mulyaningsih, S.Pd.

Calon Guru Penggerak Angkatan 11

 

A.  Latar Belakang

Jika melihat filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, pendidik diibaratkan sebagai seorang petani yang memiliki sebuah peran penting dalam menumbuhkan tanaman agar subur dan tidak layu. Maka, pendidik haruslah mampu memastikan murid dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Guru harus mampu mewujudkan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi murid serta dapat melindungi murid dari hal-hal yang kurang bermanfaat, bahkan sampai mengganggu perkembangan potensi murid.

Salah satu tanggung jawab guru adalah menciptakan lingkungan positif yang terdiri sehingga tercipta kebiasaan-kebiasaan baik. Kebiasaan-kebiasaan baik akan tumbuh menjadi karakter-karakter baik yang membentuk sebuah budaya positif. Oleh sebab itu, saya sebagai Calon Guru Penggerak Angkatan 11 Kabupaten Bantul merasa perlu untuk berbagi kepada semua warga sekolah agar dapat berjuang bersama-sama dalam mewujudkan dan menerapkan budaya positif di sekolah.


B.  Tujuan

Menerapkan Budaya Positif di SMP Negeri 1 Banguntapan melalui disiplin positif, posisi kontrol guru sebagai  manajer, penanganan ketidaksiplinan siswa dengan program restitusi, dan penerapan nilai-nilai kebajikan universal melalui keyakinan kelas yang telah disepakati antara guru dan siswa.


C.  Tolok Ukur Keberhasilan

Terwujudnya budaya positif di SMP Negeri 1 Banguntapan melalui:

1)      Penerapan disiplin positif di kelas

2)      Penerapan posisi kontrol guru sebagai manajer

3)      Penerapan restitusi dalam menangani ketidakdisiplinan siswa

4)      Penerapan nilai-nilai kebajikan melalui keyakinan kelas

 

D.  Dukungan yang Dibutuhkan

1.   Dukungan Kepala Sekolah

2.   Dukungan Rekan Sejawat

3.   Dukungan Murid

4.   Dukungan Wali Murid


E.  Linimasa Kegiatan

1.   Koordinasi dengan Kepala SMP Negeri 1 Banguntapan terkait Aksi Nyata Modul 1.4 dan Berbagi Praktik Baik Budaya Positif di Sekolah

2. Koordinasi dengan rekan sejawat terkait pelaksanaan Berbagi Praktik Baik Budaya Positif di Sekolah

3.   Menyusun materi Berbagi Praktik Baik terkait Budaya Positif yang akan dipresentasikan

4.   Sosialisasi Pelaksanaan Berbagi Praktik Baik terkait Budaya Positif

5.   Penyiapan sarana dan prasarana penunjang

6.   Pelaksanaan kegiatan


F.   Refleksi

Pelaksanaan kegiatan Berbagi Praktik Baik ini berjalan dengan lancar. Setelah pemaparan materi, ada kegiatan diskusi dan tanya jawab. Seluruh peserta yang terlibat dapat memberikan umpan balik terkait Budaya Positif di SMP Negeri 1 Banguntapan. Beberapa hal yang belum dipahami kemudian ditanyakan oleh peserta kegiatan. Berbagi Praktik Baik ini menguatkan kembali budaya-budaya positif yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 1 Banguntapan seperti pembiasaan 5S pada pagi hari, pembuatan kesepakatan kelas dan keyakinan kelas, penerapan restitusi bagi murid yang tidak menaati kesepakatan kelas, serta penerapan kontrol guru sebagai manajer di sekolah.

Setelah pelaksanaan berbagi praktik baik ini, rekan sejawat mulai menerapkan disiplin positif di kelas, pengoptimalan posisi kontrol guru sebagai manajer, dan pelaksanaan segitiga restitusi. Hal ini kami laksanakan secara kolaborasi dengan tujuan agar dapat mencapai sesuatu yang diharapkan, yaitu munculnya motivasi intrinsik siswa sehingga mereka dapat memunculkan karakter-karakter baik yang nantinya akan menjadi sebuah budaya positif di sekolah.


G. Lampiran

Link pelaksanaan praktik baik dispiplin positif di SMP Negeri 1 Banguntapan:

https://youtu.be/_2vKQDHrhmw?si=-MPQXIvc1hzkDn2L

Jumat, 28 Juni 2024

KONEKSI ANTARMATERI – KESIMPULAN DAN REFLEKSI MODUL 1.1

 Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara


Salam Guru Penggerak

Perkenalkan, nama saya Diah Mulyaningsih, S.Pd., Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 11 dari SMP Negeri 1 Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Pada kesempatan kali ini, saya akan memaparkan Koneksi Antarmateri setelah mempelajari Modul 1.1 terkait Filosofi Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara.


1.   Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda  mempelajari modul 1.1?

Sebelum mempelajari modul 1.1, saya percaya bahwa murid yang pintar bisa dilihat dari hasil belajar yang didapatkannya. Dalam proses pembelajaran, murid ini akan senantiasa memperhatikan apa yang disampaikan guru dengan saksama. Sebaliknya, murid yang kurang pintar biasanya kurang memperhatikan guru dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar yang didapatkannya menjadi tidak maksimal. Pada umumnya, murid ini mempunyai kebiasaan-kebiasaan tersendiri di kelas, seperti mengobrol dengan temannya ataupun memiliki kesibukan lain dengan dirinya sendiri.

Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, saya biasanya menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning, di mana murid belajar dalam kelompok-kelompok kecil untuk mendiskusikan tugas yang diberikan oleh guru. Kemudian, saya akan membagi anggota kelompok berdasarkan hasil belajarnya. Setiap kelompok terdiri atas murid dengan kemampuan bawah, menengah, dan tinggi. Murid dengan kemampuan tinggi bisa menjadi tutor sebaya bagi teman-temannya dalam kelompok. Kegiatan belajar menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning ini sebenarnya cukup efektif. Hanya saja, saya menemukan di setiap kelompok belajar masih terdapat murid yang menunjukkan sikap pasif, baik pada kegiatan diskusi, presentasi, maupun tanya-jawab sehingga menjadi kurang optimal. Dari hasil belajar yang didapatkan, saya kemudian mengelompokkan murid mana saja yang masuk dalam kategori remedial dan pengayaan. Murid yang masuk dalam kategori remedial bisa mengulang kembali materi maupun penugasan dengan nilai yang masih belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sedangkan murid yang masuk dalam kategori pengayaan dapat mempelajari materi lebih lanjut untuk meningkatkan kemampuannya. Saya sudah melakukan asesmen diagnostik untuk mengetahui minat, bakat, maupun gaya belajar dari setiap murid. Hanya saja, masih kurang optimal dalam menindaklanjuti hasil asesmen diagnostik tersebut karena menganggap bahwa itu semua bisa diasah lebih lanjut dengan mengikuti kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler yang disediakan oleh sekolah sesuai minat dan bakat dari tiap-tiap murid. Namun, saya kemudian memahami bahwa hal tersebut menjadi tidak maksimal bagi murid, terutama apa yang dipahaminya dalam kegiatan pembelajaran dan hasil belajar yang didapatkannya.

 

2.   Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?

Setelah mempelajari modul ini, saya baru memahami bagaimana filosofi pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara (KHD), yang mana pendidikan dan pengajaran menurut Ki Hadjar Dewantara ialah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pandangan saya dalam pendidikan kemudian berubah, dari yang semula berorientasi pada hasil belajar yang didapat murid berdasarkan KKM yang telah ditetapkan. Ternyata, guru haruslah menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) sehingga guru dapat menjadi fasilitator dalam pembelajaran dengan menempatkan murid sebagai subjek dalam pembelajaran, bukan objek dalam pembelajaran. Dengan demikian, dapat menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna. Maka dari itu, guru haruslah menjadi teladan, seorang model sekaligus mentor yang baik bagi siswa demi mewujudkan perilaku berkarakter yang akan senantiasa melekat dalam diri setiap siswa. Relevansinya dengan konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kita sebagai guru sama-sama memahami bahwa kemajuan zaman dan teknologi saat ini tentu memengaruhi perkembangan karakter siswa itu sendiri. Berbagai informasi dengan mudah diakses oleh anak, menjadikan mereka dengan cepat menjangkau hal-hal yang bahkan tidak atau belum kita berikan. Kemajuan teknologi tentunya membawa dampak positif dan negatif. Namun, semaju apapun teknologi, siswa tetap membutuhkan peran guru untuk membimbing dan mengarahkannya dalam memaknai diri sebagai manusia merdeka yang akan terus belajar sesuai dengan kodrat diri dan perkembangan zaman. PR kita sebagai guru adalah bagaimana menyelaraskan diri agar bisa senantiasa menjadi guru yang relevan terhadap perkembangan zaman, namun tetap menjadikan filosofi pendidikan menurut KHD ini sebagai dasar/tuntunan dalam memfasilitasi murid belajar di kelas sehingga mereka bisa mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya.


3.   Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?

Setelah mempelajari modul ini, saya berharap ke depannya bisa lebih baik lagi dalam mendidik dan mengajar murid-murid saya di kelas, sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang tertuang pada trilogi pendidikan Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarso sung Tulodho (di depan menjadi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun/membangkitkan motivasi), dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan). Trilogi pendidikan inilah yang harus dimiliki oleh setiap tenaga pendidik guna menciptakan peserta didik yang berbudi pekerti, cerdas, serta mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi di era teknologi informasi seperti sekarang ini.

Harapan ke depan bagi murid-murid saya di sekolah adalah mereka senantiasa menjadi pembelajar sampai akhir hayat, tak kenal menyerah untuk belajar meskipun ada kalanya mengalami kendala atau kesulitan. Terlebih, di tengah gempuran perkembangan IPTEK seperti sekarang ini, mereka haruslah memiliki keterampilan yang mumpuni agar bisa senantiasa menyesuaikan era belajar di zaman yang semakin maju. Tantangan ke depan tentunya akan semakin sulit. Hal itu perlu disertai dengan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Tanpa adanya itu semua, di masa-masa yang akan datang akan banyak ketinggalan dengan bangsa lain. Namun, semua juga perlu diiringi dengan pendidikan karakter. Tanpa memperhatikan pendidikan karakter, sepandai apapun ia nantinya, mereka tentu belum mencapai keselamatan sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Seperti yang kita ketahui bahwa saat ini, guru dituntut untuk terus belajar sambil menyesuaikan dengan zaman, sedangkan kenyataan di lapangan masih banyak guru yang belum paham betul akan hal tersebut. Maka dengan belajar modul ini nantinya, saya berharap dapat merasakan manfaat yang kemudian bisa saya diskusikan dengan teman sejawat di lingkungan sekolah, tentunya agar bisa membawa dampak perubahan yang semakin positif ke depannya. Setiap murid adalah individu dengan potensi, bakat, minat, dan karakter yang tidak sama. Maka dari itu, pembelajaran yang saya lakukan di kelas harus berpihak pada murid. Saya akan berupaya untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan melalui penggunaan model-model pembelajaran dan media pembelajaran yang lebih bervariasi, sesuai dengan kebutuhan murid di kelas. Tak lupa, saya akan senantiasa menanamkan nilai-nilai karakter yang baik pada setiap kegiatan pembelajaran sehingga nantinya murid tidak hanya pandai secara intelektual/akademik, melainkan pandai mengelola sosial-emosional pada dirinya. Penanaman nilai-nilai karakter bisa diterapkan melalui kebiasaan 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, dan Santun), baik kepada sesama temannya, kepada Bapak/Ibu Guru di sekolah, maupun seluruh warga sekolah yang lain. Selain itu juga pembiasaan “Tolong dan Terima Kasih”. Dengan demikian, akan tercipta kebiasaan saling menghormat, menciptakan rasa nyaman berada di lingkungan sekolah, dan iklim positif antarwarga sekolah.

Sabtu, 17 Februari 2024

Puisi

 

Sebuah Doa untuk Perjalanan Cinta nan Panjang

 



Aku mencintaimu dalam kesunyian. Dengan segenap jiwa yang kukerahkan, sejak engkau singgah pada hari-hariku nan melelahkan.

Aku mencintaimu dengan perlahan. Semakin hari kian dalam, meski tak sedetikpun kusampaikan.

Aku ingin membagi setiap cerita kepadamu. Kita saling bercengkerama tentang hari nan panjang, entah menyenangkan ataupun melelahkan, meski raga tak mampu bertemu, dan kita hanya bergulat pada waktu.

Aku ingin bersikap biasa padamu, meski riuh di dadaku sesak tiap kali mengingat dirimu. Dan meski kerinduan kerap datang menyapaku.

Aku menyimpan namamu di sudut ruang dalam hatiku. Hati yang terus kugunakan untuk mendoakanmu di tiap malamku. Dan kuserahkan rasa ini pada sesungguhnya penggenggam hati.