Saya pernah membaca
sebuah buku, kemudian teringat sebuah kutipan singkat namun sangat berkesan “yang terucap akan lenyap, yang tercatat akan
teringat”. Maka dari itu saya menulis untuk menyuarakan apa yang tidak bisa
saya ungkapkan melalui lisan. Ada banyak peristiwa dalam hidup yang telah saya
alami, walau tidak bisa semua kisah saya sampaikan di sini. Biarlah
peristiwa-peristiwa itu tersimpan di ruang hati saya sendiri. Namun, di sini
saya hanya ingin sedikit berbagi.
Pernahkah kamu merasa
ingin menyerah dari segala beban hidup yang selama ini dijalani? Merasa stuck pada satu titik itu saja tanpa
bisa berkembang lebih jauh lagi? Mungkin hampir setiap orang pernah berada
dalam posisi tersebut.
Satu hal yang menarik
untuk dibahas kali ini adalah tentang perjalanan kehidupan. Yah, harus kita
sadari bahwa setiap orang punya jalan hidup masing-masing yang harus kita
hargai. Kita tidak bisa menyamakan hidup orang lain dengan hidup kita karena
tidak akan pernah sama adanya. Hidupmu adalah hidupmu. Hidup mereka adalah
hidup mereka. Jadi, perjalanannya pasti akan berbeda.
Dalam menempuh
perjalanan tersebut, seringkali kita dihadapkan pada jalan terjal dan berliku. Antara
yang satu dengan yang lain pastinya berbeda-beda. Begitupun jalan penyelesaian
dari setiap perjalanan tersebut. Kalau kita cermati, ada orang-orang yang dalam
pandangan kita yang terlihat begitu menakjubkan, entah kita melihat dari sisi kepribadian,
karier, maupun kehidupan secara umum yang dijalaninya. Ia tampak begitu tangguh
dan sempurna. Tapi, pernahkah kita berpikir bagaimana sesungguhnya ia menjalani
kehidupannya tersebut hingga meraih sebuah pencapaian yang luar biasa? Terkadang,
yang bisa kita nilai adalah apa yang tampak dari luar, tanpa kita pernah tahu
jika kita menyelam ke dalamnya ternyata betapa berat ujian kehidupan yang harus
ia alami kemudian berhasil untuk ditakhlukkan.
Setiap orang tumbuh
dengan caranya masing-masing. Seiring dengan pengalaman dan kedewasaannya, cara
pandang dalam hidup pun berubah. Sebuah pengalaman buruk di masa lalu bisa
berperan besar dalam membentuk karakter seseorang di masa mendatang. Segala hal
yang pernah terlewati ternyata bisa menjadi sebuah pembelajaran kehidupan. Ya,
masa lalu. Setiap orang pasti punya masa lalu, entah itu pahit maupun manis. Masa
lalu, baik yang getir maupun yang membahagiakan pantasnya dikenang untuk
dijadikan perenungan dalam menjalani kehidupan.
Tuhan Maha baik. Dia memberi
ruang bagi setiap manusia untuk bertumbuh melalui fase-fase berat yang
dirasakan agar manusia itu sendiri bisa terus belajar dan menempa mental serta
iman untuk tidak mudah menyerah. Lalu Dia memberi kita kesempatan untuk
mendekatkan diri, kembali pada-Nya, dan percaya bahwa tak ada tempat lain lagi
untuk berkeluh kesah, bahkan pada manusia-manusia lain di dunia. Sebab,
terkadang manusia itu hanya memenuhi sifat “kemanusiaannya” untuk mau tahu apa
yang sesungguhnya terjadi, bukan dia yang benar-benar peduli dengan apa yang
sesungguhnya terjadi. Namun, di situlah Tuhan juga memberi kita pencerahan tentang
siapa yang benar-benar peduli: dia yang tak akan pernah meninggalkan dan tetap
bertahan di samping kita saat terjatuh, bahkan di fase paling kelam, dia yang
akan selalu memberi dukungan serta menguatkan. Di situlah kita disadarkan siapa
yang sesungguhnya “teman” dan siapa yang selama ini “berpura-pura teman”.
Harus diakui, bahwa
semakin lama circle pergaulan hidup
ini berubah. Dia semakin mengecil seiring berjalannya waktu. Pasti akan ada fase
di mana dulu teman-teman yang selalu bersama kita, kini semakin disibukkan dengan
urusannya masing-masing, dan ini lambat laun pasti akan terjadi. Itulah hidup
dan kehidupan. Meskipun demikian, teman yang benar-benar teman akan selalu
meluangkan waktu walau hanya sekadar mendengarkan. Setidaknya, ia memberi kita
ruang berbagi yang selama ini tersimpan di hati.
Kembali ke bahasan
pertama tadi, tentang perjalanan kehidupan. Pernahkah terpikir sebuah tanya di
benak kita kepada Tuhan “Tuhan, kenapa
hidupku ini begitu berat sedangkan dia tidak” atau mungkin “Tuhan, kenapa hal tidak mengenakkan ini terjadi
padaku bertubi-tubi” bisa juga “di
mana letak salahku, Tuhan”? Nah, itulah pertanyaan yang sebenarnya bisa
menjadi sebuah alasan bagi kita untuk melakukan introspeksi diri. Semua yang
terjadi pasti ada sebab musababnya. Coba, mari kita renungkan!
Sekira tahun 2015 saya
juga pernah berada di titik terendah hidup setelah sebuah peristiwa besar terjadi
dalam hidup saya. Peristiwa besar yang bahkan kala itu mengguncang hati saya
dengan sangat dalam, menghidupkan trauma yang baru berangsur pulih seiring
berjalannya waktu. Butuh bertahun-tahun lamanya bagi saya sampai akhirnya bisa
kembali menatap kehidupan lagi seperti sekarang. Peristiwa besar yang tak bisa
dengan detail saya gambarkan, selama ini hanya bisa saya bagi dengan Tuhan,
ibu, dan sahabat-sahabat setia yang selalu mengerti, mereka yang sedari dulu
tak pernah meninggalkan saya dalam kegetiran yang mendera. Namun, kini setelah
bangkit ada sebuah pembelajaran besar yang bisa saya ambil di dalamnya. Ia yang
menjadikan saya kuat hingga detik ini, bahkan mungkin orang-orang banyak yang
tidak mengetahuinya bahwa “pernah” ada hal besar terjadi yang kemudian mengubah
cara pandang hidup saya hingga detik ini. Saya pun menemukan sebuah part dalam buku yang pernah saya baca. Apa
yang tertulis benar-benar menggambarkan sesuatu yang telah saya alami kala itu.
Kutipannya demikian:
Terkadang
ketenangan malam membawa kesedihan,
aku
lebih memilih tidur seandainya bisa.
Tapi,
kepala ini tidak pernah mengizinkan, khayalanku menari-nari
tidak
bisa diam.
Seakan-akan
kejadian kehidupan terus meminta untuk dikaji,
dan
masa lalu yang tak termaafkan memohon untuk
dipertimbangkan
selalu.
Kepalaku
penuh, aku ingin tidur tapi tidak bisa.
Aku
hanya bisa tertidur, bila kusudah lelah berpikir.
Aku
akan tidur bila tertidur.
Bila
kusudah lelah berpikir.
Saat saya merasa sangat
lelah dengan apa yang harus saya hadapi, malam-malam yang harus saya lalui kala
itu pun hanya saya habiskan untuk membentangkan sajadah. Berdoa apapun yang
bisa saya sampaikan pada Tuhan dan memohon agar sudilah kiranya saya diberi
kekuatan. Saya memang bukan pendoa yang baik. Saya berdoa sebisa yang saya
ucapkan. Dalam kekalutan hati yang mendalam dan kesunyian malam, ketika apa yang
bergejolak di hati saya tumpahkan di hadapan Tuhan, di situlah saya menemui
ketenangan.
Salah satu hikmah yang
bisa saya ambil di sini adalah ketika Tuhan sudah menghendaki itu maka
terjadilah. Dan begitulah adanya dengan apa yang saya rasa. Ketika hari-hari
setelah “peristiwa besar” itu saya lewati, ada ketenangan jiwa yang saya
dapati. Lalu ketika pada waktu-waktu tertentu saya kembali menemui hal-hal yang
kurang mengenakkan terjadi dalam kehidupan saya, maka saya akan diingatkan
kembali dengan apa yang sudah berhasil saya lalui, bahkan di fase yang sangat
tidak mudah sekalipun. Maka di situlah cara pandang hidup saya berubah. Saya percaya,
Tuhan tidak akan pernah mengambil sesuatu yang berharga dari kita tanpa
menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik. Dan ini memang benar terjadi pada
diri saya sendiri, hingga akhirnya berhasil saya syukuri bahwa Tuhan tidak
pernah meninggalkan saya dalam keadaan seperti apapun itu.
Kini, ada banyak
pembelajaran yang bisa saya ambil. Hikmah yang Tuhan berikan melalui apa yang
terjadi pada diri saya adalah sebuah anugerah yang tidak bisa setiap orang
dapatkan. Segala kesempatan yang Tuhan berikan dalam hidup saya ini tidak boleh
saya sia-siakan lagi karena saya tahu bahwa Tuhan sayang pada saya. Dia ingin
saya mendapatkan yang terbaik dari apa yang saya butuhkan, bukan apa yang saya
inginkan. Pada akhirnya, saya berterima kasih pada-Nya atas segala nikmat luar
biasa yang diberikan pada saya. Juga saya akhirnya menyadari kasih ibu dan
teman-teman luar biasa yang tidak pernah meninggalkan saya. Terima kasih
adanya.
Ada satu part lagi dari buku yang saya baca yang
ternyata related sekali dengan apa
yang saya alami, hingga pada akhirnya saya syukuri berhasil melaluinya. Semua
menjadi pembelajaran berarti dalam perjalanan hidup saya ini.
Pada
saat masalahmu menghampirimu, janganlah berkecil hati
Itu
adalah pasangan hidupmu
Itu
adalah takdirmu
Sesuatu
yang sudah dipersiapkan untukmu, bahkan sebelum kau
dilahirkan
Itu
adalah pelengkap hidupmu
Itu
adalah gurumu, maka cintailah dia
Penilaian
Tuhan tidak dimulai saat kau menerimanya
Karena
semua orang akan menerimanya, tanpa terkecuali
Selayaknya
seperti orang-orang sebelummu
Jangan
pernah berusaha menolak kesalahanmu
Terimalah
itu sebagai bekalmu, untuk perjalanan panjangmu
Justru
kesalahanmu dimulai ketika kau menolak menerima
kesalahanmu
Sedangkan
kau menyadarinya
Lapangkanlah
dadamu, sehingga luas, tempat untuk ilmu yang
berguna
Penilaian
Tuhan dimulai saat kau memperbaikinya
Ringkasnya, siapapun
kamu saat ini dan apapun yang tengah terjadi padamu sekarang, selalu ingat akan
Tuhan. Karena satu-satunya yang akan selalu berada di sisimu hanya Dia semata. Dia
yang selalu memberi arahan untuk hidup yang lebih baik. Jangan menyerah
menjalani hal terberat sekalipun dalam hidup. Tangan-tangan Tuhan akan selalu
menuntun ke arah perubahan. Jika saat ini engkau sedang stuck di permasalahan tertentu, ingatlah saat terberat yang pernah
berhasil dilalui. Lalu, kembali yakin bahwa kau pun pasti bisa kembali
melewatinya lagi.
NB:
Beberapa kutipan buku yang saya baca
bersumber dari sini.
Irham, Nasril dkk. 2012. Kisah Lainnya. Jakarta: Gramedia.