Seperti kata pepatah,
akan ada pelangi selepas hujan. Mungkin keadaan itulah yang tepat menggambarkan
situasi negeri, bahkan bumi kita saat ini. Wabah tengah datang melanda, bisa
mengenai siapa saja tanpa pandang usia maupun status sosial yang ada. kita
harus menyadari, semua tengah berada di masa yang sulit. Kalau saja diberi
pilihan, tentulah kita semua memilih keadaan normal, meski harus bekerja pagi
dan petang, siang maupun malam. Namun sekali lagi, manusia hanya bisa
berencana, Tuhanlah yang mentukan segalanya.
Corona
atau dikenal dengan istilah Covid-19
tengah merebak di berbagai belahan dunia. Virus yang semula berasal dari
daratan Cina ini telah sampai di Indonesia. Bahkan, semakin hari terjadi
lonjakan pasien yang terjangkit dengan cukup signifikan. Para garda terdepan
yang siap berperang dengannya pun tak luput dari sasaran, bahkan sudah cukup
banyak yang gugur ketika berperang. Ratusan ribu nyawa telah melayang. Hampir
tiap negara pun terserang.
Kini setiap negara
beramai-ramai untuk menyerukan langkah pencegahan sebelum pandemi ini kian
merebak tak terkendali. Banyak hal yang telah diupayakan, tak terkecuali negeri
kita tercinta ini. Pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak, bahu-membahu
memberantas virus yang kian merajalela, mulai dari meliburkan sekolah-sekolah,
membatasi perkumpulan/kerumunan, melakukan upaya pencegahan diri, dan masih
banyak lagi.
Efektifkah upaya yang
dilakukan pemerintah sejauh ini? Jawabannya ‘belum seutuhnya’. Sebab, masih
banyak masyarakat yang tak mematuhi apa yang telah dianjurkan pemerintah
seperti tetap berdiam diri di rumah, melakukan cuci tangan setelah melakukan
aktivitas, menghindari kerumunan/keramaian, dan sebagainya. Dapat kita lihat,
di sudut-sudut kota meskipun mulai lengang, masih saja aja masyarakat yang tak
dapat menahan diri untuk tetap di rumah. Memang, tak dapat setiap orang
dipaksakan demikian. Sebab, dari beberapa bagian kecil itu, ada kelompok
masyarakat yang mesti mengais rezeki setiap hari. Mereka dari golongan ekonomi
ke bawah yang apabila tak ke luar rumah tak mendapatkan uang sekadar untuk
makan ataupun memenuhi kebutuhan pokok lainnya. Apakah mereka bisa disalahkan?
Tentu saja tidak. Sebab, tak semua orang memiliki nasib yang sama.
Itulah beberapa yang
bisa kita amati belakangan ini. Lantas, apa kabar dengan Jogja kita tercinta?
Ternyata ia sama dengan kota-kota lain di Indonesia yang telah terjangkit. Kini
Jogja mulai lengang, tak seramai biasa. Jantung Kota Jogja seperti Malioboro
yang biasanya mampu menarik ribuan wisatawan tiap harinya pun perlahan sepi.
Namun masih bisa kita lihat di beberapa sudut, ada pedagang yang masih membuka
lapaknya, meski ia harus menanggung risiko berupa kerugian atau menantang
bahaya sekalipun. Kita harus mengerti, mungkin mereka termasuk golongan orang-orang
yang tak punya pilihan, yang terpaksa berjuang demi sesuap nasi yang tersaji.
Apa kabar sekolahku?
Yang jelas, diliburkan untuk jangka waktu yang cukup lama. Bukan libur, lebih
tepatnya belajar di rumah. Siswa belajar dan guru saling belajar dan
membelajarkan dengan sistem daring. Bagi kalangan guru, dikenal dengan istilah Work from Home (WFH). Guru-guru membuat
kelas belajar secara online, kemudian memposting tugas-tugas yang dikerjakan
siswa di situ. Bagi guru-guru yang menguasai IT mungkin tidak akan mengalami
kendala. Namun, untuk guru-guru yang belum menguasai IT, hal ini menjadi suatu
kendala yang tidak bisa dianggap remeh.
Penggunaan IT bagi
kalangan siswa juga sebenarnya perlu diperhatikan. Sebab, tak semua siswa mampu
mengoperasikan IT dengan baik. Kendala lain datang dari siswa yang tidak
mempunyai sarana belajar melalui IT, seperti handphone atau laptop di rumah. Ketika semua sistem belajar
terintegrasi dengan IT, siswa yang tak mempunyai fasilitas tentu tak dapat
mengaksesnya. Faktor lain yang juga menjadi kendala adalah ketersediaan kuota
data. Sebab, selama proses pembelajaran, siswa akan mengunduh tugas-tugas
secara online sehingga memerlukan
kuota yang tidak sedikit.
Bagaimana dari sudut
pandang siswa sendiri? Beberapa siswa ada yang mengeluhkan bahwa tugas-tugas
yang dikerjakan secara online
ternyata cukup merepotkan karena mereka harus menyediakan kuota yang mencukupi.
Jika tidak punya kuota, tentunya siswa tidak dapat mengunduh tugas-tugas yang
harus dikerjakan kemudian meng-upload-nya ke kelas online yang disediakan. Apabila hal itu terjadi, tentunya siswa
akan ketinggalan materi maupun tugas-tugas yang harus diselesaikan. Oleh karena
itu, banyak siswa yang berpendapat bahwa belajar lebih nyaman dilakukan di
kelas reguler daripada online. Selain
materi lebih mudah dipahami, tugas pun tidak perlu diselesaikan secara online.
Sisi lain dampak dari
wabah Covid-19 ini adalah
ditiadakannya Ujian Nasional yang sekiranya diselenggarakan bulan April.
Melihat segala dampak yang ditimbulkan, Kemendikbud pun mengambil kebijakan
demikian. Padahal, menilik ke belakang, persiapan jelang UN pun sudah dilakukan
semaksimal mungkin. Bahkan sebagai penggantinya, Penilaian Akhir Tahun (PAT) pun
kemungkinan besar akan dilaksanakan secara online.
PAT ini nantinya akan digunakan sebagai nilai pengganti UN, di samping nilai
rapor selama lima semester belakangan.
Beberapa kebijakan,
tidak hanya dalam bidang pendidikan tentunya telah disiapkan pemerintah untuk
mengatasi pandemi ini. Apa pun itu, selama itu baik, sudah seharusnya kita
mendukung kinerja pemerintah. Doa dan harapan baik harus senantiasa kita panjatkan.
Kini, kita kembalikan
lagi apa yang telah terjadi kepada kuasa Tuhan. Setiap kejadian, akan selalu
tersimpan hikmah di dalamnya. Kita bisa mengambil pelajaran berharga dari
kejadian ini, di antaranya menjadi lebih dekat dengan keluarga. Jika selama ini
kita terlalu disibukkan dengan rutinitas harian yang hampir menguras sebagian
besar waktu dan pikiran, kini sebagian besar waktu dan pikiran kita hanya di
rumah, untuk keluarga. Selain itu, kita juga menjadi lebih peduli dengan
kesehatan dengan cara rajin mencuci tangan, menjaga kebersihan badan dan
pakaian, serta lebih menghargai hakikat kebersamaan yang sesungguhnya.
Untuk yang terjadi hari
ini: syukuri, hadapi, dan pahami. Sebab esok atau nanti, kita baru akan
mengerti alasan Tuhan memilihkan kita jalan cerita ini.