Terima Kasih, Ramadan: Catatan Perjalanan 5
Tuhan, izinkan aku kali ini menuliskan
cerita perjalanan hidupku yang telah terlewati selama satu tahun ke belakang
ini. Sebuah perjalanan yang tentunya tidak begitu saja berlalu dengan mudah. Bahkan,
terkadang aku merasa lelah dan hampir menyerah. Setahun ini berlalu dengan
jalan yang penuh dengan liku-liku. Dimulai dengan kondisi pandemi yang tak
kunjung usai, kegiatan belajar mengajar di sekolah yang masih banyak dilakukan
secara daring, bahkan puncaknya ketika covid-19 menyerang Bapak beberapa waktu
usai lebaran yang lalu, itu adalah saat yang paling berat, terus melekat dalam
ingatanku hingga detik ini bagaimana crowded-nya situasi dan kondisi rumah
sakit ketika itu. Setiap hari hati ini dipenuhi dengan ketakutan dan hanya bisa
terisi dengan air mata yang terus berlinang.
Aku bersyukur kepada-Mu, ternyata Engkau
masih memberi kesempatan kepada keluargaku untuk kembali utuh seperti dahulu. Namun,
kondisi tak selesai sampai di situ. Beberapa bulan setelahnya aku sering
mengeluhkan kondisi tubuhku yang terus saja bergejolak tak menentu. Di antara
kescemasanku, aku memberanikan diri untuk memeriksakan diri ke rumah sakit di
mana rumah sakit itulah yang senantiasa mengingatkanku pada hal yang teramat
menyedihkan beberapa waktu sebelumnya. Melalui serangkaian tes yang dilakukan,
dokter pun mengatakan bahwa aku terkena Cystitis atau Infeksi Saluran
Kencing. Hal itu membuatku harus melakukan rawat jalan hingga akhirnya aku
dinyatakan sembuh. Sungguh, Tuhan, itu semua menguras segala kesedihan di hatiku.
Aku bersembunyi di balik tawa yang terus
saja mengembang. Namun, hatiku terasa perih, Tuhan. Dan masalah-masalah yang
terus saja terjadi yang tak dapat kutuliskan di sini. Tuhan, dalam beratnya
masa perjuangan, Engkau memberiku ruang melalui sebuah kesempatan terkait
perjalanan karier yang selama ini kutekuni. Karena kasih-Mu lah aku berhasil
membuktikan bahwa aku mampu berada di titik ini. Aku mampu bersaing dengan yang
lain untuk mendapatkan apa yang selama ini banyak diidamkan oleh setiap orang. Jika
bukan karena Engkau, aku tak akan pernah berhasil. Dan tentu saja satu hal yang
tak akan pernah kulupa, doa ibuku yang tak pernah putus untukku. Tanpanya aku
tak akan pernah mendapatkan kekuatan.
Tuhan, di hari baik dan bulan nan baik juga
pada bulan Ramadan, Engkau telah memberikan anugerah yang selama ini aku
impikan. Sungguh, Tuhan, kali ini aku ingin menangis sekuat hati di hadapan-Mu.
Bukan lagi menangisi kelemahanku, melainkan menangis atas rasa syukur tak
terkira atas kasih-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berharap Engkau
memberikanku hati nan lapang, mengasah
segala kekuatannya dalam menghadapi setiap persoalan, diberi keluasan hati agar
sabar dalam menjalani setiap inchi kehidupan, mampu tegar dalam menatap
masa depan, memiliki keikhlasan dalam setiap hal yang terjadi dalam kehidupan,
serta terangkat derajat kehidupanku ke depan.
Aku berjanji
pada-Mu, Tuhan, apa yang telah Engkau berikan padaku ini akan kujalani dengan
sepenuh hati, hingga tiada lagi tangisan meratapi apa yang telah dan sedang
terjadi, berganti dengan tangisan syukur bahwa aku masih bisa berada di titik
ini karena Engkau percaya aku mampu melaluinya kini, esok, ataupun nanti.
Terima kasih,
Ramadan Kareem, 1443 H tahun 2022 ini. Denganmulah aku kembali bisa menenangkan
hati dari segala risau yang selama ini terjadi. Izinkan aku kembali menemuimu
di tahun-tahun yang akan datang, Ramadan.