Sabtu, 27 Maret 2021

Ruang Hati: Catatan Perjalanan Part 3

 

Saya pernah membaca sebuah buku, kemudian teringat sebuah kutipan singkat namun sangat berkesan “yang terucap akan lenyap, yang tercatat akan teringat”. Maka dari itu saya menulis untuk menyuarakan apa yang tidak bisa saya ungkapkan melalui lisan. Ada banyak peristiwa dalam hidup yang telah saya alami, walau tidak bisa semua kisah saya sampaikan di sini. Biarlah peristiwa-peristiwa itu tersimpan di ruang hati saya sendiri. Namun, di sini saya hanya ingin sedikit berbagi.

Pernahkah kamu merasa ingin menyerah dari segala beban hidup yang selama ini dijalani? Merasa stuck pada satu titik itu saja tanpa bisa berkembang lebih jauh lagi? Mungkin hampir setiap orang pernah berada dalam posisi tersebut.

Satu hal yang menarik untuk dibahas kali ini adalah tentang perjalanan kehidupan. Yah, harus kita sadari bahwa setiap orang punya jalan hidup masing-masing yang harus kita hargai. Kita tidak bisa menyamakan hidup orang lain dengan hidup kita karena tidak akan pernah sama adanya. Hidupmu adalah hidupmu. Hidup mereka adalah hidup mereka. Jadi, perjalanannya pasti akan berbeda.

Dalam menempuh perjalanan tersebut, seringkali kita dihadapkan pada jalan terjal dan berliku. Antara yang satu dengan yang lain pastinya berbeda-beda. Begitupun jalan penyelesaian dari setiap perjalanan tersebut. Kalau kita cermati, ada orang-orang yang dalam pandangan kita yang terlihat begitu menakjubkan, entah kita melihat dari sisi kepribadian, karier, maupun kehidupan secara umum yang dijalaninya. Ia tampak begitu tangguh dan sempurna. Tapi, pernahkah kita berpikir bagaimana sesungguhnya ia menjalani kehidupannya tersebut hingga meraih sebuah pencapaian yang luar biasa? Terkadang, yang bisa kita nilai adalah apa yang tampak dari luar, tanpa kita pernah tahu jika kita menyelam ke dalamnya ternyata betapa berat ujian kehidupan yang harus ia alami kemudian berhasil untuk ditakhlukkan.

Setiap orang tumbuh dengan caranya masing-masing. Seiring dengan pengalaman dan kedewasaannya, cara pandang dalam hidup pun berubah. Sebuah pengalaman buruk di masa lalu bisa berperan besar dalam membentuk karakter seseorang di masa mendatang. Segala hal yang pernah terlewati ternyata bisa menjadi sebuah pembelajaran kehidupan. Ya, masa lalu. Setiap orang pasti punya masa lalu, entah itu pahit maupun manis. Masa lalu, baik yang getir maupun yang membahagiakan pantasnya dikenang untuk dijadikan perenungan dalam menjalani kehidupan.

Tuhan Maha baik. Dia memberi ruang bagi setiap manusia untuk bertumbuh melalui fase-fase berat yang dirasakan agar manusia itu sendiri bisa terus belajar dan menempa mental serta iman untuk tidak mudah menyerah. Lalu Dia memberi kita kesempatan untuk mendekatkan diri, kembali pada-Nya, dan percaya bahwa tak ada tempat lain lagi untuk berkeluh kesah, bahkan pada manusia-manusia lain di dunia. Sebab, terkadang manusia itu hanya memenuhi sifat “kemanusiaannya” untuk mau tahu apa yang sesungguhnya terjadi, bukan dia yang benar-benar peduli dengan apa yang sesungguhnya terjadi. Namun, di situlah Tuhan juga memberi kita pencerahan tentang siapa yang benar-benar peduli: dia yang tak akan pernah meninggalkan dan tetap bertahan di samping kita saat terjatuh, bahkan di fase paling kelam, dia yang akan selalu memberi dukungan serta menguatkan. Di situlah kita disadarkan siapa yang sesungguhnya “teman” dan siapa yang selama ini “berpura-pura teman”.

Harus diakui, bahwa semakin lama circle pergaulan hidup ini berubah. Dia semakin mengecil seiring berjalannya waktu. Pasti akan ada fase di mana dulu teman-teman yang selalu bersama kita, kini semakin disibukkan dengan urusannya masing-masing, dan ini lambat laun pasti akan terjadi. Itulah hidup dan kehidupan. Meskipun demikian, teman yang benar-benar teman akan selalu meluangkan waktu walau hanya sekadar mendengarkan. Setidaknya, ia memberi kita ruang berbagi yang selama ini tersimpan di hati.

Kembali ke bahasan pertama tadi, tentang perjalanan kehidupan. Pernahkah terpikir sebuah tanya di benak kita kepada Tuhan “Tuhan, kenapa hidupku ini begitu berat sedangkan dia tidak” atau mungkin “Tuhan, kenapa hal tidak mengenakkan ini terjadi padaku bertubi-tubi” bisa juga “di mana letak salahku, Tuhan”? Nah, itulah pertanyaan yang sebenarnya bisa menjadi sebuah alasan bagi kita untuk melakukan introspeksi diri. Semua yang terjadi pasti ada sebab musababnya. Coba, mari kita renungkan!

Sekira tahun 2015 saya juga pernah berada di titik terendah hidup setelah sebuah peristiwa besar terjadi dalam hidup saya. Peristiwa besar yang bahkan kala itu mengguncang hati saya dengan sangat dalam, menghidupkan trauma yang baru berangsur pulih seiring berjalannya waktu. Butuh bertahun-tahun lamanya bagi saya sampai akhirnya bisa kembali menatap kehidupan lagi seperti sekarang. Peristiwa besar yang tak bisa dengan detail saya gambarkan, selama ini hanya bisa saya bagi dengan Tuhan, ibu, dan sahabat-sahabat setia yang selalu mengerti, mereka yang sedari dulu tak pernah meninggalkan saya dalam kegetiran yang mendera. Namun, kini setelah bangkit ada sebuah pembelajaran besar yang bisa saya ambil di dalamnya. Ia yang menjadikan saya kuat hingga detik ini, bahkan mungkin orang-orang banyak yang tidak mengetahuinya bahwa “pernah” ada hal besar terjadi yang kemudian mengubah cara pandang hidup saya hingga detik ini. Saya pun menemukan sebuah part dalam buku yang pernah saya baca. Apa yang tertulis benar-benar menggambarkan sesuatu yang telah saya alami kala itu. Kutipannya demikian:

 

Terkadang ketenangan malam membawa kesedihan,

aku lebih memilih tidur seandainya bisa.

Tapi, kepala ini tidak pernah mengizinkan, khayalanku menari-nari

tidak bisa diam.

Seakan-akan kejadian kehidupan terus meminta untuk dikaji,

dan masa lalu yang tak termaafkan memohon untuk

dipertimbangkan selalu.

 

Kepalaku penuh, aku ingin tidur tapi tidak bisa.

Aku hanya bisa tertidur, bila kusudah lelah berpikir.

Aku akan tidur bila tertidur.

Bila kusudah lelah berpikir.

 

Saat saya merasa sangat lelah dengan apa yang harus saya hadapi, malam-malam yang harus saya lalui kala itu pun hanya saya habiskan untuk membentangkan sajadah. Berdoa apapun yang bisa saya sampaikan pada Tuhan dan memohon agar sudilah kiranya saya diberi kekuatan. Saya memang bukan pendoa yang baik. Saya berdoa sebisa yang saya ucapkan. Dalam kekalutan hati yang mendalam dan kesunyian malam, ketika apa yang bergejolak di hati saya tumpahkan di hadapan Tuhan, di situlah saya menemui ketenangan.

Salah satu hikmah yang bisa saya ambil di sini adalah ketika Tuhan sudah menghendaki itu maka terjadilah. Dan begitulah adanya dengan apa yang saya rasa. Ketika hari-hari setelah “peristiwa besar” itu saya lewati, ada ketenangan jiwa yang saya dapati. Lalu ketika pada waktu-waktu tertentu saya kembali menemui hal-hal yang kurang mengenakkan terjadi dalam kehidupan saya, maka saya akan diingatkan kembali dengan apa yang sudah berhasil saya lalui, bahkan di fase yang sangat tidak mudah sekalipun. Maka di situlah cara pandang hidup saya berubah. Saya percaya, Tuhan tidak akan pernah mengambil sesuatu yang berharga dari kita tanpa menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik. Dan ini memang benar terjadi pada diri saya sendiri, hingga akhirnya berhasil saya syukuri bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan saya dalam keadaan seperti apapun itu.

Kini, ada banyak pembelajaran yang bisa saya ambil. Hikmah yang Tuhan berikan melalui apa yang terjadi pada diri saya adalah sebuah anugerah yang tidak bisa setiap orang dapatkan. Segala kesempatan yang Tuhan berikan dalam hidup saya ini tidak boleh saya sia-siakan lagi karena saya tahu bahwa Tuhan sayang pada saya. Dia ingin saya mendapatkan yang terbaik dari apa yang saya butuhkan, bukan apa yang saya inginkan. Pada akhirnya, saya berterima kasih pada-Nya atas segala nikmat luar biasa yang diberikan pada saya. Juga saya akhirnya menyadari kasih ibu dan teman-teman luar biasa yang tidak pernah meninggalkan saya. Terima kasih adanya.

Ada satu part lagi dari buku yang saya baca yang ternyata related sekali dengan apa yang saya alami, hingga pada akhirnya saya syukuri berhasil melaluinya. Semua menjadi pembelajaran berarti dalam perjalanan hidup saya ini.

 

Pada saat masalahmu menghampirimu, janganlah berkecil hati

Itu adalah pasangan hidupmu

Itu adalah takdirmu

Sesuatu yang sudah dipersiapkan untukmu, bahkan sebelum kau

dilahirkan

Itu adalah pelengkap hidupmu

Itu adalah gurumu, maka cintailah dia

 

Penilaian Tuhan tidak dimulai saat kau menerimanya

Karena semua orang akan menerimanya, tanpa terkecuali

Selayaknya seperti orang-orang sebelummu

 

Jangan pernah berusaha menolak kesalahanmu

Terimalah itu sebagai bekalmu, untuk perjalanan panjangmu

Justru kesalahanmu dimulai ketika kau menolak menerima

kesalahanmu

Sedangkan kau menyadarinya

 

Lapangkanlah dadamu, sehingga luas, tempat untuk ilmu yang

berguna

Penilaian Tuhan dimulai saat kau memperbaikinya

 

Ringkasnya, siapapun kamu saat ini dan apapun yang tengah terjadi padamu sekarang, selalu ingat akan Tuhan. Karena satu-satunya yang akan selalu berada di sisimu hanya Dia semata. Dia yang selalu memberi arahan untuk hidup yang lebih baik. Jangan menyerah menjalani hal terberat sekalipun dalam hidup. Tangan-tangan Tuhan akan selalu menuntun ke arah perubahan. Jika saat ini engkau sedang stuck di permasalahan tertentu, ingatlah saat terberat yang pernah berhasil dilalui. Lalu, kembali yakin bahwa kau pun pasti bisa kembali melewatinya lagi.

 

 

 

NB:

Beberapa kutipan buku yang saya baca bersumber dari sini.

Irham, Nasril dkk. 2012. Kisah Lainnya. Jakarta: Gramedia.

Jumat, 12 Maret 2021

Puisi "Senja Hari Ini"

 Senja hari ini

tertutup mendung nan kelabu

perlahan kuyup oleh hujan

yang mulai berjatuhan

                         

Pada saat seperti itu

yang selalu kuingat wajah dan matamu

saat menatapku

teduh dan akan selalu kurindu

 

Saat kau mulai tak di sisiku

ketika jarak kian dekat menyapa

lalu perlahan kau menghilang

bersama laju kereta yang beranjak pergi

 

Jarak adalah ujian nyata

menjauhkan raga

mendekatkan rasa

yang kita ukir bersama

dalam naungan rindu paling diam