Kamis, 31 Desember 2020

Jiwa Baru: Catatan Perjalanan Part 2

Pagi pertama di 2021. Memulai hari baru di tahun yang baru, sama seperti mendapat baju yang baru. Ketika seseorang mendapatkan baju baru, ia akan melepaskan baju yang lama. Demikian juga dengan jiwa. Ketika menerima tubuh baru, maka ia akan melepaskan tubuhnya yang lama. Agaknya ini memang benar, kecenderungan banyak orang akan melakukan hal demikian. Namun, seringkali manusia lupa hakikat perjalanan sesungguhnya dalam rangka mendapatkan jiwa yang baru tersebut.

Tahun yang telah berlalu memberikan banyak pembelajaran. Ada banyak kebahagiaan yang tercipta, begitu juga air mata kesedihan. Tentu kita semua tidak akan lupa tahun 2020 yang penuh dengan perjuangan. Masih masuk hitungan awal tahun, tiba-tiba keadaan berubah seketika, mengguncang dunia. Bahkan, ketika tulisan ini dibuat, kita masih terkungkung di dalamnya. Akankah kita berhasil keluar sebagai pemenang, atau justru semakin terperosok pada lubang yang kian dalam?

Kita menjalani kehidupan laksana menyelami sungai. Tidak penting sungai bagian mana yang engkau selami. Namun, yang paling penting adalah bahwa kau bisa menyelam. Hanya ada satu dedikasi dari bakti jiwa bahwa dengan menyerahkan kehidupan kepada Yang Maha Kuasa, manusia harus meneruskan pengabdiannya untuk Tuhan agar Dia bisa menjaga kebaikan dalam hidup. Dan, saya percaya akan hal tersebut. Ketika kita berserah seutuhnya dalam hidup atas segala upaya yang telah dilakukan, maka tangan-tangan Tuhan sendirilah yang akan menjaga dari segala kemungkinan buruk yang akan menimpa.

Tahun lalu saya banyak belajar. Hidup memang bukanlah sebuah perkara yang mudah. Beberapa orang mungkin terlihat mudah mencapai apa yang menjadi tujuan dalam hidup. Beberapa di antaranya mungkin tak seberuntung itu. Dia masih harus jatuh, bangun, kemudian jatuh lagi, lalu bangkit lagi. Begitu seterusnya. Apakah ini yang dinamakan keadilan? Ataukah ini takdir yang kelam?

Pada dasarnya tak ada takdir yang kelam. Tinggal bagaimana kita sebagai manusia menerima takdir itu dengan hati yang ikhlas. Masalahnya adalah, tidak semua orang bisa melakukan itu dengan mudah. Terkadang, pengalaman hidup yang luar biasa sulit dan berhasil dilewati itulah yang membuatnya menerima takdir dengan lebih mudah. Hanya, tidak setiap orang mampu mencapai itu. Dia yang salah dalam melangkah, ujungnya akan jauh dari kebenaran itu sendiri.

Memang, tidak semua yang diutarakan di sini dapat dengan mudah dimengerti semua orang. Mereka yang telah berhasil mencapai renungannya dengan belajar dari pengalaman hidup itulah yang akan mendapat jiwa-jiwa baru dengan jalan di kehidupannya yang baru.

 

 

Yogyakarta, 1 Januari 2020