Pagi pertama di 2021. Memulai
hari baru di tahun yang baru, sama seperti mendapat baju yang baru. Ketika seseorang
mendapatkan baju baru, ia akan melepaskan baju yang lama. Demikian juga dengan
jiwa. Ketika menerima tubuh baru, maka ia akan melepaskan tubuhnya yang lama. Agaknya
ini memang benar, kecenderungan banyak orang akan melakukan hal demikian. Namun,
seringkali manusia lupa hakikat perjalanan sesungguhnya dalam rangka
mendapatkan jiwa yang baru tersebut.
Tahun yang telah
berlalu memberikan banyak pembelajaran. Ada banyak kebahagiaan yang tercipta,
begitu juga air mata kesedihan. Tentu kita semua tidak akan lupa tahun 2020
yang penuh dengan perjuangan. Masih masuk hitungan awal tahun, tiba-tiba
keadaan berubah seketika, mengguncang dunia. Bahkan, ketika tulisan ini dibuat,
kita masih terkungkung di dalamnya. Akankah kita berhasil keluar sebagai
pemenang, atau justru semakin terperosok pada lubang yang kian dalam?
Kita menjalani
kehidupan laksana menyelami sungai. Tidak penting sungai bagian mana yang
engkau selami. Namun, yang paling penting adalah bahwa kau bisa menyelam. Hanya
ada satu dedikasi dari bakti jiwa bahwa dengan menyerahkan kehidupan kepada
Yang Maha Kuasa, manusia harus meneruskan pengabdiannya untuk Tuhan agar Dia
bisa menjaga kebaikan dalam hidup. Dan, saya percaya akan hal tersebut. Ketika kita
berserah seutuhnya dalam hidup atas segala upaya yang telah dilakukan, maka
tangan-tangan Tuhan sendirilah yang akan menjaga dari segala kemungkinan buruk
yang akan menimpa.
Tahun lalu saya banyak
belajar. Hidup memang bukanlah sebuah perkara yang mudah. Beberapa orang mungkin
terlihat mudah mencapai apa yang menjadi tujuan dalam hidup. Beberapa di
antaranya mungkin tak seberuntung itu. Dia masih harus jatuh, bangun, kemudian
jatuh lagi, lalu bangkit lagi. Begitu seterusnya. Apakah ini yang dinamakan
keadilan? Ataukah ini takdir yang kelam?
Pada dasarnya tak ada
takdir yang kelam. Tinggal bagaimana kita sebagai manusia menerima takdir itu
dengan hati yang ikhlas. Masalahnya adalah, tidak semua orang bisa melakukan
itu dengan mudah. Terkadang, pengalaman hidup yang luar biasa sulit dan
berhasil dilewati itulah yang membuatnya menerima takdir dengan lebih mudah. Hanya,
tidak setiap orang mampu mencapai itu. Dia yang salah dalam melangkah, ujungnya
akan jauh dari kebenaran itu sendiri.
Memang, tidak semua
yang diutarakan di sini dapat dengan mudah dimengerti semua orang. Mereka yang
telah berhasil mencapai renungannya dengan belajar dari pengalaman hidup itulah
yang akan mendapat jiwa-jiwa baru dengan jalan di kehidupannya yang baru.
Yogyakarta, 1 Januari 2020